Batu Akik Bisa Ditukar Barang Bekas

0
873
Ilustrasi
Ilustrasi

MBNews – Unik, para pemburu barang bekas atau sering disebut tukang rongsok “kindeu” di Garut, Jawa Barat, menukarkan barang bekas milik warga yang dihitung kiloan dengan sebuah cincin akik.

Seperti para tukang rongsok di Kampung Cikalimeneng, Kecamatan Karangpawitan, Garut, Jawa Barat, kini setiap malam rela tidur hingga tengah malam, karena harus memotong bongkahan akik yang mereka beli dari para penjual akik.

Mereka membeli bongkahan akik Garut dengan kualitas biasa, agar harganya bisa terjangkau. Para tukang rongsok biasanya membeli bongkahan batu yang harganya Rp500 ribu-1 juta per kilogram (kg).

Tukang rongsok biasanya membawa bongkahan tersebut ke tempat potong dan pola akik. Para tukang rongsok sengaja tak menyuruh kepada pemoles akik agar melakukan finishing, karena warga yang ditukarkan barang bekasnya lebih suka akik setengah jadi.

“Biasanya para “kindeu” di sini datang untuk potong dan pola cincin dari bongkahan besar, datangnya malam hari, mungkin tak datang siang karena pada siang hari mereka kan harus beraktivitas mencari barang bekas. Dari bongkahan seberat 1 kg dan jenis batu menengah seperti jaen atau cianggel, biasanya saya jual Rp500 ribu-1 juta kepada para tukang rongsok, dari 1 kg bongkahan, biasanya bisa jadi 40-60 cincin dengan ukuran lingkaran oval nomor dua atau tiga,” kata Ucok, seorang pemotong dan pemola akik One Gemstone, Minggu (10/5/2015).

Transaksi barter yang dilakukan para pemburu barang bekas ini seolah transaksi tradisional sebelum mata uang hadir di setiap negara, tanpa ada beban dan rasa tertipu, asalkan kedua belah pihak yang menukarkan akik dan barang bekas sama-sama puas.

Alat tukar akik dengan barang bekas ini terhitung menguntungkan kedua belah pihak. Di sisi tukang rongsok menguntungkan, karena dari bongkahan batu seharga Rp500 ribu bisa menjadi keuntungan Rp2 juta, setelah barang dijual ke pengepul.

Sementara, keuntungan bagi warga yang memiliki barang bekas, bisa punya akik pancawarna dan tak perlu membeli batu akik yang kini harganya selangit.

“Sebelum ditukarkan dengan akik, para pencari barang bekas di sini biasanya bertransaksi dengan uang rupiah. Seperti barang bekas berupa kabel tembaga dengan berat 1 kg biasanya dihargai Rp40-65 ribu, namun kini dengan metode tukang rongsok yang menukarkan akik dengan barang bekas, transaksi pun lebih unik,” kata Maman, warga yang menukarkan barang bekas dengan akik.

Metode ekonomi para pemburu barang bekas merupakan metode tradisional dan masih dilakukan di Garut, daya beli yang lemah serta keinginan konsumen atau warga yang tinggi berdampak kepada nilai dan norma nenek moyang masih dijalankan. (viva.com)