Apa itu SFL? Sebuah pertanyaan mendasar yang pertama kali muncul ketika mengenal kata SFL di workshop ini. SFL merupakan kepanjangan dari Systemic Functional Linguistics dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan Linguistik Sistemik Fungsional. Bila didefinisikan secara sederhana, SFL merupakan sebuah pendekatan bahasa yang digunakan untuk menganalisis bagaimana bahasa itu gunakan dalam berbagai konteks yang ada didalam interaksi social sehari-hari, baik dalam bentuk ucapan maupun tulisan. Didalam definisi ini, systemic diartikan sebagai keseluruhan, sedangkan functional merupakan sesuatu yang bisa digunakan atau diaplikasikan diberbagai macam bidang keilmuan. Sehingga, SFL bisa dikategorikan sebagai multifungsi analisis secara keseluruhan terhadap wacana dalam bentuk ucapan maupun tulisan. SFL dikembangkan oleh M.A.K Halliday bersama dengan koleganya pada tahun 1960an. Pemikirannya tentang SFL banyak dipengaruhi oleh gurunya, yaitu J.R. Firth, seorang ahli bahasa berkebangsaan Inggris yang berpendapat bahwa bahasa sebagai sebuah sistem dan kepentingan dari sebuah konteks untuk menjelaskan makna. Didalam SFL, ada 3 metafungsi yang menjadi dasar untuk melakukan analisa, yaitu 1. Ideational (berbubungan dengan pengetahuan tentang wacana yang akan dianalisa), 2. Interpersonal (berhubungan dengan hubungan antar personal atau orang sekitar wacana yang akan dianalisa), dan 3. Textual (berhubungan dengan bagaimana cara wacana tersebut disusun dan membetuk makna dalam bentuk ucapan atau tulisan).
Bagi saya, SFL ini merupakan hal terbaru sebagai pendekatan bahasa untuk mengkaji sebuah wacana didalam kegiatan discourse analysis atau analisis wacana, Melalui workshop inilah saya diperkenalkan dan bisa belajar banyak tentang SFL.
Tanpa kita sadari, setiap kegiatan ataupun aktivitas yang kita laksanakan pada saat sekarang ini merupakan bagian dari interaksi bahasa atau dikenal dengan linguistic interactions. Baik itu membaca, menulis, akses media social, diskusi, berpidato, dan bahkan kegiatan dari rumah hingga pergi ke kantor pun merupakan bagian dari interaksi bahasa tersebut. Dalam SFL, alat-alat atau media pendukung yang digunakan sebagai perantara dalam kegiatan berinteraksi tersebut bisa disebut sebagai semiotic meditation. Seperti televisi, komputer, buku, handphone, dan sebagainya.
Bagaimana peran SFL dalam aktivitas seperti ini? SFL sangat berperan penting dalam setiap aktivitas-aktivitas yang disebutkan tadi. SFL bisa membantu kita dalam menjelaskan dan menganalisa setiap tindakan yang kita lakukan. Bahkan gambar atau tulisan yang kita temui di setiap langkah pada aktivitas tersebut. Sebagai contoh, lampu lalu lintas. Pengendara akan berhenti bila lampu berwarna merah, pengendara akan jalan ketika lampu berwarna hijau, dan pengendara akan bersiap-siap jalan atau berhenti jika lampu berwarna kuning. Dalam hal ini, lampu lalu lintas tersebut berfungsi sebagai semiotic meditation seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Bagaimana bila SFL diaplikasikan dalam pengajaran? Apakah bisa? tentu saja bisa. SFL sangat berguna sekali dalam konribusinya dibidang pengajaran, terutama pada pengajaran bahasa. Hal ini bisa digunakan pada saat penyusunan rencana pembelajaran atau pemilihan materi. SFL bisa memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan kreatifitas seorang guru untuk mengolah pembelajaran dikelasnya. Selain itu, SFL juga bisa mendorong kemampuan berfikir kritis dan daya analisis anak terhadap suatu fenomena yang dihadapkan padanya. Sebagai contoh, anak diajarkan untuk menanalisa sebuah teks bacaan. Dari teks bacaan tersebut, anak-anak bisa dilatih secara perlahan-lahan bagaimana menganalisa hubungan, makna, isi, maupun tujuan dari teks tersebut. Selain itu, SFL juga memberi kontribusi dalam berbagai bidang, seperti riset, inovasi metodologi, desain bahan ajar, assessment atau penilaian, bahkan dalam analisa data penelitian kualitatif.
Sebagai seorang akademisi, saya menyarankan dan mengajak kepada mahasiswa, akademisi, guru maupun pengajar baik itu dalam bidang bahasa maupun disiplin ilmu lainnya untuk mempelajari dan menggunakan pendekatan SFL sebagai salah satu alternative pendekatan dalam setiap kegiatan pengajaran. Hal ini sangat mendukung sekali bagi kemajuan dan inovasi pengajaran di abad 21 ini, sekaligus meningkatkan kompetensi siswa dalam ilmu pengetahuan dengan daya nalar dan analisa yang kritis. Selain itu juga, demi mendukung kemajuan pembangunan sumber daya manusia di Provinsi Kalimantan Utara pada umumnya, dan Kota Tarakan tercinta pada khususnya. Semoga Bermanfaat……
Catatan dari Workshop SFL UNS Solo 2015
Aries Utomo, S.Pd.
Alumni Lulusan S1 Pend. Bahasa Inggris Universitas Borneo Tarakan &
Kandidat Magister Pendidikan Bahasa Inggris
Universitas Sebelas Maret Surakarta
E-mail: aries.utomo91@gmail.com