MBNews, Tarakan – Trend rokok elektronik (Elecronic Nicotine Delivery Systems atau e-Cigarette) tidak hanya terjadi dikota besar. Seperti halnya Tarakan, demam rokok elektronik atau e-cigarette mulai terasa saat beberapa toko mulai menjualnya. Bahkan beberapa orang perokok aktif perlahan mencoba beralih dari rokok konvensional ke rokok elektronik.
Seperti halnya Yudha Indrianto, Staf Perencanaan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Dinas Kehutanan Pertambangan dan Energi (Dishutamben) Tarakan, saat disambangi MBNews dikediamannya yang berada di Jl. Sumatera rt.15 Kelurahan Pamusian menuturkan, awal perkenalan dirinya dengan e-cigarette saat melihat temannya yang asyik menghisap rokok tersebut, melahirkan keinginnya untuk mencoba.
“Awalnya liat teman merokok elektrik, akhirnya timbul keinginan mencoba dengan membelinya sediri.” Kata Yudha, Sabtu (18/10/2014)
Dituturkan Yudha, setelah mencoba rokok elektronik selama seminggu lebih, dampak positif yang didapat lebih banyak diantaranya, mampu menghemat pengeluaran untuk membeli rokok konvensional, yang seharinya menghabiskan anggaran hingga Rp.50.000.
“Sehari saya bisa merokok 3 bungkus, apalagi saat banyak pekerjaan semakin deras saya merokok, tentu uang untuk membeli rokok semakin besar jumlahnya, dan setelah menggunakan rokok elektronik selama seminggu,belum ada pengeluaran sedikitpun. Uang saya hanya keluar pada saat awal membeli rokok elektonik Rp.190.000.” Jelasnya.
Walaupun saat ini banyak berita yang berbau miring terhadap dampak kesehatan perokok elektronik, Yudha tidak begitu mempedulikannya, mengingat selama memakai produk yang tengah nge-trend dikalangan warga Tarakan, Yudha tidak pernah mengalami sakit. Berbeda saat menghisap rokok konvensional, nyaris setiap malam Yudha tersiksa oleh batuk.
“Alhamdulillah masih sehat saya, rokok elektronik tak ubahnya seperti shisha (rokok arab).” Terang Yudha sambil tersenyum kecil (RUN)
