Yang Kecil Ke Masjid Yang Besar Ke Mall

0
1112
Syamsi Sarman,S.Pd Ketua Pelaksana BAZNAS Tarakan
Syamsi Sarman,S.Pd Ketua Pelaksana BAZNAS Tarakan

MBNews – Alkisah tentang uang lembaran bergambar Soekarno-Hatta bernilai seratus ribu Rupiah sedang berbincang ringan di dalam sebuah dompet dengan uang lembaran seribu Rupiah yang bergambar pahlawan Pattimura.

Uang Seratus Ribu : ”Aku sering merasa iri terhadapmu, karena kamu sangat dekat dengan masjid, dengan fakir miskin dan anak yatim, sedangkan aku jarang sekali diajak si tuan dompet ini mengunjungi mereka.

Uang Seribu : ”Ah, mungkin karena jumlahku yang lebih banyak daripadamu.”

Uang Seratus Ribu : ”Tidak, di ruang dompet ini kau lihat jumlah lembarku jauh lebih banyak dan kulitku terawat rapi, tak sepertimu yang lusuh dan pecah-pecah seperti bibir sariawan. Tapi kamu justru lebih sering diajak si tuan dompet ini ke masjid.

Uang Seribu : ”Tapi kamu kan lebih terhormat, karena tempatmu di mall, toko swalayan, bioskop, tempat hiburan, dll.

Uang Seratus Ribu : ”Ya benar, tapi yang tercatat oleh Allah justru seperti dirimu itu, meskipun kecil, kamu dimanfaatkan untuk orang banyak, untuk membangun masjid, untuk makan fakir miskin dan anak yatim, untuk pengemis, pengamen.

(Si pemilik dompet berjalan melintasi seorang pengamen buta di sekitaran mall yang sedang asyik memainkan musik dari gitar kecapinya)

Uang Seratus Ribu : ”Nah, ada si miskin. Mudah-mudahan aku yang dipilih oleh si pemilik dompet ini untuk diberikan kepada orang buta pemain kecapi itu.

(Jika si lembar seratus ribu harap-harap cemas, si lembar seribu tampak tenang dan tersenyum optimis akan dirinyalah yang terpilih untuk si miskin itu. Ternyata benar adanya, si pemilik dompet mencabut uang seribu Rupiah lalu diberikannya kepada pengamen buta itu)

Uang Seratus Ribu : ”Ooooh, kamu lagi kamu lagi.”
(Uang lembaran Soekarno-Hatta itupun tersungut sambil menarik napas panjang)

Kisah di atas menyitir kebanyakan prilaku orang-orang yang mengaku beriman yang gemar bersedekah dengan uang-uang kecil. Lihat isi kaleng susu di depan pengemis buta itu, isinya hanya uang seribuan dan beberapa koin. Lihat isi kotak amal masjid di setiap hari Jum’at, penuh sesak oleh uang seribuan. Lembarannya pun lusuh, bergerigi di sepanjang pinggirannya, mau putus dan kadang bau ikan. Ada juga yang gambar pahlawan Pattimuranya sudah berubah warna. Rasanya tak sebanding dengan permintaan yang dipanjatkannya, yakni hasanah di dunia dan hasanah di akhirat serta tidak mau disiksa di dalam neraka. Coba bandingkan ketika anda ke mall. Pada saat sang kasir menarik lacinya, maka terlihatlah laci uang itu berwarna merah dan biru. Dipenuhi dengan uang seratus ribuan dan lima puluh ribuan.

Begitulah fenomenanya, uang-uang kecil kita bawa ke masjid, ke panti asuhan, kita berikan kepada fakir miskin, pengemis, pengamen dan anak yatim piatu. Sedangkan uang besarnya kita bawa ke mall, ke bioskop, tempat hiburan dan restoran. Pantaslah kalau nanti banyak orang yang menyesal bahkan minta ditunda kematiannya, Allah swt berfirman :

Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh?” (QS. Al  Munafiqun : 10)

Seseorang menyesal manakala Allah perlihatkan amal sedekah yang pernah dilakukannya semasa hidupnya. Bukan tidak ada, tetapi nominalnya teramat sedikit. Ia kaget ketika rekap catatan sedekahnya dipenuhi oleh uang seribuan saja. Padahal setahunya ia punya uang seratus ribuan dan uang limapuluh ribuan. Ternyata ia baru sadar bahwa uang seribu-seribu yang dimasukkannya ke kotak amal masjid itulah yang Allah catat, sedang ratusan ribu yang dibelanjakannya di mall, supermarket, dealer kendaraan, butik, pasar,  dan sebagainya itu tak tercatat sama sekali. Maka, bersedakahlah wahai saudaraku sebelum ajal datang menjemput kita, sebelum penyesalan datang yang tiada lagi bisa mengulang.

(Syamsi Sarman, Ketua Pelaksana BAZNAS Kota Tarakan)