Awal Mula Larangan Merokok dalam Pesawat

0
541

merahbirunews.com – Jakarta – Akhir pekan lalu merebak video pendek tentang individu penumpang Citilink Batam – Surabaya ketahuan merokok di area di pesawat. Penumpang itu segera diamankan petugas bandara Juanda Surabaya. Penumpang yang dimaksud mengakui kesalahannya merokok di dalam pada lavatory pesawat.

Merokok merupakan salah satu hal yang digunakan dilarang diadakan di setiap penerbangan komersial. Di Indonesia, larangan merokok di dalam di pesawat sudah ada di Undang-Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Pasal 412 Ayat 6. Orang yang merokok di dalam di pesawat dapat dikenai sanksi denda maksimal 2,5 miliar atau penjara maksimal 5 tahun.

Menurut laman Lion Air, ada beberapa alasan mengapa merokok dilarang dijalankan dalam di pesawat, di tempat antaranya adalah keselamatan, regulasi domestik dan juga internasional, mengganggu kenyamanan, membahayakan kesehatan, memperburuk sirkulasi udara, serta risiko ditindak tegas. 

Sejarah Larangan Merokok di dalam Pesawat 

Dahulu, merokok identik lazimnya dengan makan kemudian minum di dalam pada pesawat. Namun setelahnya merokok termasuk yang mana dilarang pada penerbangan akibat pengetahuan tentang merokok semakin jelas juga warga semakin menghindari kebiasaan tersebut. eksekutif juga maskapai penerbangan secara bertahap membatasi aktivitas yang tersebut dapat dilaksanakan secara bebas di tempat pesawat.

Maskapai penerbangan Amerika Serikat menerapkan larangan merokok pada pesawat pada 1990. Presiden George H.W. Bush memperluas larangan yang dimaksud ke hampir semua penerbangan domestik kecuali untuk penerbangan tertentu yang mana berlangsung tambahan dari enam jam. Delta Air Lines adalah maskapai penerbangan global pertama yang tersebut melarang merokok dalam semua penerbangannya pada 1995, dan juga British Airways mengikutinya pada 29 Maret 1998. 

Menurut New York Post, salah satu faktor yang tersebut memacu larangan yang dimaksud adalah kebakaran pesawat Brasil pada  1973 yang digunakan melintasi Transatlantik dari Rio de Janeiro ke Paris. Sebatang rokok yang digunakan dibuang ke tempat sampah toilet adalah faktor kejadian tersebut. Kebakaran pesawat itu menewaskan 123 orang. 

Setelahnya beberapa maskapai penerbangan kemudian bergabung untuk menyebabkan larangan merokok pada di pesawat penerbangan, termasuk Northwest Airlines yang melarang merokok di area semua penerbangan domestiknya. Maskapai di area luar Amerika Serikat seperti Japan Airlines, All Nippon Airways, lalu Scandinavian Airlines juga mulai menerapkan larangan merokok pada penerbangan domestik mereka, yang tersebut memulai tren global menentang merokok pada pesawat.

Pada tahun yang sama, AS, Kanada, serta Australia mengesahkan perjanjian yang melarang merokok di dalam pesawat. Uni Eropa melarang semua penerbangan pada negara-negara anggotanya pada 1997.

Baru pada tahun 2000, Amerika Serikat melarang merokok dalam semua penerbangan ke, dari, atau ke Amerika Serikat. Presiden Clinton mengesahkan Undang-Undang Pengembangan Usaha dan juga Reformasi Penerbangan Wendell H. Ford untuk Abad ke-21, yang tersebut merupakan undang-undang terakhir yang dimaksud memungkinkan merokok pada penerbangan ke, dari, atau ke Amerika Serikat. 

Meski merokok di penerbangan telah dilarang, kebnnyakan pesawat masih miliki asbak di area toiletnya. Asbak ini tidak berarti izin untuk merokok, melainkan menjaga dari orang yang digunakan tidak ada mematuhi aturan ini membuang puntung rokok di dalam tempat sampah berisi tisu toilet yang mana berisiko memicu kebakaran. Beberapa pesawat tua yang dimaksud masih terbang bahkan miliki asbak pada sandaran lengan kursi.

Bukan belaka rokok konvensional, rokok elektronik atau vape pun dilarang digunakan selama pada penerbangan sejak 2016. Karena itu, pada setiap penerbangan sekarang ada peringatan keras yang disampaikan pramugari tentang penerbangan bebas rokok. 

LAYYIN AQILA | NEW YORK POST | BUSINESS INSIDER | NEWS.CO.AU