Kang Sonny “Keukeuh” Mempertahankan Pewarna Alami Dalam Pembuatan Batik

0
1386
Kang Sonny Dengan Batik Buatannya (RUN)
Kang Sonny Dengan Batik Buatannya (RUN)
Kang Sonny “Keukeuh” Mempertahankan Pewarna Alami Dalam Pembuatan Batik
Kang Sonny Dengan Batik Buatannya (RUN)
Kang Sonny Dengan Batik Buatannya (RUN)

MBNews, Tarakan – Ditengah maraknya penggunaan bahan pewarna buatan (sintetis,red) untuk corak batik, tidak membuat sosok Sonny Lolong pengerajin batik kota Tarakan pindah kelain hati, untuk menggunakan bahan pewarna sintetis dalam pembuatan batik khas Tarakan. Dari awal tahun 2012 hingga tahun 2014, Kang Sonny (Panggilan Sonny lolong,red) masih keukeuh mempertahankan pewarna alami dalam proses pembuatan batik yang dilakukannya seorang diri.

Ketika Ditemui MBNews, Kang Sonny menceritakan mengapa dirinya tetap bertahan menggunakan pewarna alami, disaat pembatik lainnya beralih kepewarna buatan. Hal ini tidak lain demi mengenalkan batik khas Tarakan yang ramah lingkungan, baik dari sisi pembuatan hingga limbah bekas pengolahan batik.

“Awalnya waktu masih dibina Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Mengah pada tahun 2011, ada 20 orang yang mengikuti pelatihan pembuatan batik. Dari 20 orang tersebut tersisa 4 orang, dan dari ke 4 orang tersbut hanya 2 orang yang eksis membuat batik khas Tarakan, yakni saya dan mas anto. Untuk saya sendiri masih mempertahankan pewarna alam sebagai bahan baku warna corak batik.” Kata Kang Sonny, Kamis (2/10/2014)

Kang Sonny mengakui, disaat idealisme tetap mempertahankan pewarna alami, tantangan terberat yang dihadapi adalah bersaing dengan produk batik yang menggunakan bahan pewarna sintetis, tentunya dari segi warna batik sintetis lebih memikat hati konsumen, dibandingkan batik yang menggunakan pewarna alam.

“Saya optimis tidak bakal gulung tikar, walaupun hegemoni batik yang menggunakan pewarna buatan (sintetis) masih mendominasi pasaran, rasa optimis ini cukup berasalan karena masih banyak orang yang memesan batik khas Tarakan dari saya, mayoritas yang membeli batik pewarna alam dari luar daerah, dan masyarakat Tarakan sendiri.” Ungkapnya.

Dikarenakan Kang Sonny merupakan ketua RT 19 kelurahan pamusian kecamatan Tarakan tengah, maka batik karyanya diberinama D’erte. Adapun modal untuk mendatangkan bahan baku seperti kain, canting, lilin dan lainnya dalam sebulan mencapai Rp.10 juta, dan dari hasil penjulan mampu meraup keuntungan kotor sebesar Rp.25 Juta/bulan.

“Lumayan keuntungan kotor dalam perbulan dari penjualan batik ini mencapai Rp.25 juta, harga batik yang dijual bervariasi namun mayoritas berkisar Rp.250.000.” Tuntas Kang Sonny. (RUN)