Mei Bersejarah

0
954

MEI BERSEJARAH

ASLAN

Β Ketua Badan Pekerja Lembaga Pendidikan Progresif

Jas Merah ucap Bung karno pada suatu pidatonya di Republik ini. Jas Merah yang artinya jangan sekali-kali meninggalkan/melupakan Sejarah. Bangsa yang besar tidak akan meninggalkan sejarah bangsanya, sejarahlah yang akan menuntun penerus bangsa untuk membangun bangsa. Ibarat tongkat pada orang tua yang renta.

Bulan Mei ini, kita akan menemukan beberapa hari, yang diangap sebagai hari paling bersejarah bagi bangsa ini. Tanggal 1 Mei merupakan peringatan hari buruh, suatu pengakuan sejarah terhadap kaum buruh di seluruh dunia. Mereka layak untuk diperhatikan baik kesehatan, kesejahteraan dan kehidupan mereka yang lain. Kaum buruh merupakan ujung tombak dari pembangunan sebuah negara, apalagi bagi negara berkembang seperti Indonesia. Buruh disini bukan mereka yang bekerja pada perusahaan-perusahaan. Buruh tani, buruh nelayan, maupun buruh-buruh yang bekerja pada sektor-sektor informal maupun formal. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja diluar negeri juga termasuk buruh. Jika negara ini hanya mementingkan kaum borjuis dan kapitalis saja. Maka dapat dipastikan negara ini akan tetap terpuruk pada level bawah suatu bangsa. Untuk itu diperlukan perhatian khusus dari kita semua untuk dapat membantu dan memperjuangkan nasib buruh.

Setelah hari buruh kita akan berhadapan hari Pendidikan Nasional, hari Kebangkitan Nasional, serta peristiwa Trisakti 17 tahun yang lalu juga terjadi di bulan Mei. Mundurnya bapak Soeharto dari kursi kepresidenannya juga terjadi pada bulan Mei. Sidang-sidang perumusan kemerdekaan dan rumusan Pancasila pada 70 tahun yang lalu juga terjadi di bulan Mei. Β Tapi sedikit sekali dari kita yang mengingat moment-moment tersebut, apalagi mengambil hikma dari kejadian di bulan Mei ini. Sekali ini sejarah. Tak sedikit generasi muda kita sekarang yang menutup telinga dan memejamkan mata akan hari-hari besar tersebut. Kita terjebak pada urusan masing-masing, entahlah apa yang akan terjadi jika bangsa yang besar ini telah melupakan sejarahnya sendiri.

Bulan Mei ini bagi kalangan akademis juga diperingati sebagai bulan pendidikan. Ya pendidikan, Pendidikan bagi kaum pribumi istilah Ki Hajar Dewantara, Pendidikan bagi kaum wanita kata RA Kartini, pendidikan bagi orang miskin kata Tan Malaka. Itu kata mereka Puluhan tahun yang lalu. Sekarang pendidikan hanya untuk mereka yang berduit. Atau yang mapan. Lihatlah anak-anak dipersimpangan jalan, mana hak mereka untuk mendapatkan pendidikan. Mana perhatian kita semua ? sekali-kali kita terjebak pada nasib dan takdir. Pendidikan pun mulai dibisniskan. Ada sekolah yang memasang tarif yang tidak dapat dijangkau oleh kaum buruh bangsa ini. Mereka katakan mutu, apa bedanya dengan sekolah-sekolah dijaman belanda dulu. Dimana yang bisa sekolah hanya orang-orang belanda dan tokoh-tokoh masyarakat. Itulah esensi dari sebuah pendidikan? Tujuan pendidikan telah jauh berubah. Penggolongan kelas masih saja terjadi disuatu daerah. Siapa yang mesti disalahkan? Tak ada yang disalahkan. Tapi sekarang belum terlambat kita masih bisa memperbaiki itu semua.

Moment lain dibulan Mei ini adalah hari Kebangkitan Nasional. 20 Mei 1908 Budi Utomo untuk pertama kalinya mendeklarasikan sebuah perkumpulan yang tidak melihat asal usul kedaerahan, agama maupun golongan-golongan. Budi Utomo melakukan itu, untuk meleburkan semangat gotong royong antar daerah. Seorang Budi Utomo tidak merasa rugi meninggalkan jaket kesukuannya, keagamaan dan lain-lain. Seorang tokoh yang patut di teladani, tokoh yang mampu menyingkirkan paham primordialisme dikalangannya waktu itu. Walaupun itu terjadi seratus tahun silam tapi, semangat nasionalisme beliau menyebar keseluruh nusantara. Tidak sedikit diantara kita yang tidak lagi memandang suatu suku dan agama sebagai landasan sebuah perjuangan. Namun, masih banyak diantara kita yang kembali terjebak pada Primordialisme Modern. Saat ini kita lebih bangga dikatakan Putera Daerah dari pada Putera Bangsa. Kita tidak segan-segan untuk membuat konflik dengan orang yang mencoba membasmi primordialisme modern ini. Efek dari primordialisme modern ini salah satunya ialah pada waktu pemilihan kepala daerah, pemilihan rektor maupun pejabat-pejabat tertentu. Prestasi tidak lagi menjadi prioritas utama. Tapi anak daerah mana?, suku apa?, agama apa? dan pertanyaan-pertanyaan lain yang bersifat memojokan suatu identitas.

Sejarah lain mencatat, runtuhnya dinding tirani orde baru, juga terjadi di bulan Mei ini. 12, 13 dan 14 Mei 1998 meletusTragedi Trisakti, dan diikuti dengan aksi massal disegala penjuru Republik ini. Tragedi Trisakti, merupakan sebuah Tragedi berdarah yang membuka pintu gerbang demokrasi di Indonesia, setelah 32 tahun bangsa ini di bawah rezim militer. Saat ini dapat kita lihat hasil dari demokrasi yang sesungguhnya. Kepala Daerah yang dipimpin oleh Masyarakat Sipil, tidak lagi oleh Jendral-Jendral tak Berbintang.

Esensi semua itu, ialah kembalikan lagi wewenang dan kepentingan pada tempatnya masing-masing. Sebagaimana Bung Karno pernah mengatakan : Manusia dapat membohongi Sejarah, tapi Sejarah tak pernah Berbohong Kepada Manusia. Kata lain Orang yang melupakan sejarah adalah orang yang akan kehilangan masa depan..Marilah kita ambil hikma dari semua kejadia-kejadian yang terjadi di bulan Mei ini untuk membangun bangsa yang telah dicita-citakan…MERDEKA