Atasi Kenaikan Permukaan Laut, Maladewa Berencana Bangun Pulau-pulau Benteng

0
256

merahbirunews.com – Jakarta – Sebagai tujuan liburan kelas atas, Maladewa terkenal dengan pantai pasir putihnya, laguna berwarna biru kehijauan, dan juga terumbu karang yang luas. Sayangnya, di beberapa tahun terakhir, rangkaian 1.192 pulau-pulau kecil itu menghadapi ancaman kenaikan permukaan air laut dan juga menipisnya sumber air minum. Mereka pun mencari cara untuk melawan dampak krisis iklim itu.

Lima belas tahun lalu, presiden sebelumnya, Mohamed Nasheed, megungkap kemungkinan warga negaranya menjadi pengungsi lingkungan hidup pertama dalam dunia dan juga menjajaki rencana relokasi. Dia ingin Maladewa mulai menabung untuk membeli tanah pada negara tetangga India, Sri Lanka atau bahkan sangat jauh pada Australia.

Namun, presiden ketika ini sedang berupaya mencari dana asing sebesar $500 jt (skeitar Rp7,8 triliun) untuk pengamanan pantai supaya warganya bisa saja masih tinggal di area Tanah Air mereka.

Presiden Maladewa Mohamed Muizzu menyatakan bahwa ia telah lama membatalkan rencana relokasi warga. Dia mengusulkan reklamasi lahan yang ambisius juga meninggikan pulau-pulau untuk memerangi gelombang yang mengganggu.

Muizzu optimistis dapat menguatkan pesisir negaranya melalui tembok laut seperti yang digunakan dibangun di area Male, ibu kota negara tersebut. Dia juga mengkategorikan wilayah berisiko sebagai pulau yang tersebut aman. 

Namun, kelompok lingkungan hidup lalu hak asasi manusia punya pendapat beda. Mereka mengingatkan bahwa kebijakan yang dimaksud dapat menyebabkan peningkatan banjir. Apalagi, sekitar 80 persen wilayah Maladewa terletak kurang dari satu meter dalam menghadapi permukaan laut, sehingga semakin mengakibatkan perasaan khawatir mengenai kelayakan jangka panjang dari langkah-langkah ini.

Pariwisata, kontributor sektor ekonomi yang digunakan penting, menyumbang hampir sepertiga perekonomian Maladewa. Nasib pulau-pulau pantai yang masih asli, yang mana merupakan daya tarik bagi wisatawan, masih belum pasti. Tembok seperti benteng melindungi pemukiman padat penduduk, sehingga memproduksi pulau-pulau yang disebutkan rentan.

Reklamasi 

Dalam beberapa dekade, Maladewa sudah melakukan reklamasi dengan total 30 kilometer persegi, yang digunakan menimbulkan wilayah daratan meningkat 10 persen. Mizzu, manusia insinyur sipil lulusan Inggris, yang tersebut sebelumnya menjabat sebagai menteri proyek konstruksi berperan penting di pembangunan pulau buatan Hulhumale.  Pulau yang dimaksud berukuran dua kali lipat dari Male, ibu kota Maladewa, terhubung dengan jembatan sepanjang 1,4 kilometer 

Reklamasi adalah cara lain Maladewa bertahan. Namun, kelompok lingkungan hidup dan juga hak asasi manusia menekankan perlunya pelaksanaan proyek reklamasi secara hati-hati agar tidaklah berbalik menjadi pemicu bencana.

EURONEWS | TIMES OF INDIA